Apa Itu Oedipus Kompleks, Kondisi Dialami Pria yang Kedapatan Selingkuh dengan Ibu Mertua
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kisah suami yang kedapatan selingkuh dengan ibu mertuanya menjadi sorotan di jagat maya baru-baru ini. Kisah itu viral di media sosial TikTok setelah diposting akun @norma_risma.
Bahkan hubungan tersebut diduga berlanjut sampai pada kontak badan antara tergugat (suami) dengan ibu kandung penggugat. Lantaran perselingkuhan itu, sang istri menggugat cerai suaminya.
Dilansir dari laman Alodokter, kasus perselingkuhan hingga zina yang terjadi antara suami dan ibu kandung tersebut merupakan salah satu bentuk kasus oedipus kompleks. Oedipus kompleks adalah kondisi ketika anak laki-laki memiliki ketertarikan terhadap ibu kandung atau bahkan ibu mertuanya, baik secara emosional maupun seksual.
Dalam psikologi, istilah ini masih kontroversial, karena ada yang menganggapnya normal dan ada pula yang tidak. Sebagian orang menganggap bahwa oedipus kompleks normal terjadi sebagai bentuk kasih sayang anak laki-laki terhadap ibunya. Namun, sebagian lainnya menganggap kondisi tersebut sebagai perilaku menyimpang.
Oleh karena itu, oedipus kompleks masih menjadi konsep yang kontroversial dalam ranah psikologi. Fenomena kontroversial ini sebenarnya juga bisa menimpa anak perempuan, di mana mereka punya ketertarikan terhadap ayahnya. Meski begitu, oedipus kompleks lebih sering dialami anak laki-laki ketimbang anak perempuan.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud dalam teorinya tentang tahapan perkembangan psikoseksual. Menurut Freud, dalam kasus oedipus kompleks, anak-anak memandang orang tua sesama jenis mereka sebagai saingan untuk mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua lawan jenis.
Asal-Usul Oedipus Kompleks
Istilah oedipus kompleks pertama kali tercetus oleh seorang ahli kejiwaan ternama, Sigmund Freud, dalam bukunya yang berjudul The Interpretation of Dreams pada 1899.
Istilah oedipus kompleks diambil Freud dari karakter Oedipus Rex dalam kisah mitologi Yunani yang secara tidak sengaja membunuh ayahnya dan menikahi ibu kandungnya sendiri. Meski demikian, ia tidak secara formal menggunakan istilah ini sampai tahun 1910.
Dari kisah tersebut, Freud menggambarkan oedipus kompleks sebagai kondisi di mana seorang anak laki-laki menginginkan ibunya hanya untuk dirinya sendiri. Ia memandang ayahnya sebagai pesaing dan bahkan muncul keinginan untuk menyingkirkan sang ayah.
Ketika menyadari bahwa ayahnya lebih berkuasa dan lebih kuat, akan muncul perasaan cemas. Untuk menghilangkan kecemasan tersebut, biasanya anak dengan oedipus kompleks akan meniru sifat atau perilaku ayahnya agar bisa merebut perhatian sang ibu.
Lihat Juga: Mengenal Post-concert Depression, Perasaan Hampa yang Muncul usai Nonton Konser dan Cara Mengatasinya
Bahkan hubungan tersebut diduga berlanjut sampai pada kontak badan antara tergugat (suami) dengan ibu kandung penggugat. Lantaran perselingkuhan itu, sang istri menggugat cerai suaminya.
Dilansir dari laman Alodokter, kasus perselingkuhan hingga zina yang terjadi antara suami dan ibu kandung tersebut merupakan salah satu bentuk kasus oedipus kompleks. Oedipus kompleks adalah kondisi ketika anak laki-laki memiliki ketertarikan terhadap ibu kandung atau bahkan ibu mertuanya, baik secara emosional maupun seksual.
Baca Juga
Dalam psikologi, istilah ini masih kontroversial, karena ada yang menganggapnya normal dan ada pula yang tidak. Sebagian orang menganggap bahwa oedipus kompleks normal terjadi sebagai bentuk kasih sayang anak laki-laki terhadap ibunya. Namun, sebagian lainnya menganggap kondisi tersebut sebagai perilaku menyimpang.
Oleh karena itu, oedipus kompleks masih menjadi konsep yang kontroversial dalam ranah psikologi. Fenomena kontroversial ini sebenarnya juga bisa menimpa anak perempuan, di mana mereka punya ketertarikan terhadap ayahnya. Meski begitu, oedipus kompleks lebih sering dialami anak laki-laki ketimbang anak perempuan.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud dalam teorinya tentang tahapan perkembangan psikoseksual. Menurut Freud, dalam kasus oedipus kompleks, anak-anak memandang orang tua sesama jenis mereka sebagai saingan untuk mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua lawan jenis.
Asal-Usul Oedipus Kompleks
Istilah oedipus kompleks pertama kali tercetus oleh seorang ahli kejiwaan ternama, Sigmund Freud, dalam bukunya yang berjudul The Interpretation of Dreams pada 1899.
Istilah oedipus kompleks diambil Freud dari karakter Oedipus Rex dalam kisah mitologi Yunani yang secara tidak sengaja membunuh ayahnya dan menikahi ibu kandungnya sendiri. Meski demikian, ia tidak secara formal menggunakan istilah ini sampai tahun 1910.
Dari kisah tersebut, Freud menggambarkan oedipus kompleks sebagai kondisi di mana seorang anak laki-laki menginginkan ibunya hanya untuk dirinya sendiri. Ia memandang ayahnya sebagai pesaing dan bahkan muncul keinginan untuk menyingkirkan sang ayah.
Ketika menyadari bahwa ayahnya lebih berkuasa dan lebih kuat, akan muncul perasaan cemas. Untuk menghilangkan kecemasan tersebut, biasanya anak dengan oedipus kompleks akan meniru sifat atau perilaku ayahnya agar bisa merebut perhatian sang ibu.
Lihat Juga: Mengenal Post-concert Depression, Perasaan Hampa yang Muncul usai Nonton Konser dan Cara Mengatasinya
(tsa)